Seorang hamba terancam dengan siksaan Neraka dan ditangguhkan masuk surga jika melakukan dosa besar dan tidak bertaubat darinya. Adapun jika yang dilakukan adalah dosa besar kesyirikan maka dipastikan haram baginya masuk surga tatkala meninggal dunia dalam kondisi berbuat syrik dan belum bertaubat. Sedangkan pelaku dosa besar masih terancam dengan hukuman dan siksaan Neraka terlebih dahulu sebelum masuk surga. Tetapi, ini adalah ancaman yang sangat mengerikan!
Di sisi yang lain, Allah Ta’ala pun menyediakan pahala yang sangat besar bagi hamba-hamba-Nya yang menjauhi dosa-dosa besar. Yaitu ampunan terhadap dosa-dosa kecil dan Surga. Berkaitan dengan janji pahala dan balasan bagi hamba-hamba yang menjauhi dosa besar. Allah berfirman:
إِنْ تَجْتَنِبُوا كَبَائِرَ مَا تُنْهَوْنَ عَنْهُ نُكَفِّرْ عَنْكُمْ سَيِّئَاتِكُمْ وَنُدْخِلْكُمْ مُدْخَلًا كَرِيمًا
“Jika kalian menjauhi dosa-dosa besar di antara dosa-dosa yang dilarang kapada kalian mengerjakannya, niscaya Kami hapus dosa-dosa kecil kalian dan Kami masukkan kalian ke tempat yang mulia.” (QS. an-Nisa [4]: 31)
Berkaitan dengan ayat ini, Imam Ibnu Katsir menafsirkan bahwa jika kalian menjauhi dosa-dosa besar yang telah dilarang melakukannya, maka Kami akan menghapus dosa-dosa kalian yang kecil, dan Kami akan memasukan kalian ke Surga.
Syekh Abdurrahman bin Nasir as-sa’di menjelaskan ayat ini dengan mangatakan bahwa ini termasuk karunia dan kebaikan Allah kepada hamba-hamba-Nya yang mukmin. Dia menjanjikan kepada mereka jika menjauhi dosa-dosa besar dengan menghapuskan semua dosa dan kesalahan serta memasukkan mereka ke tempat kembali yang baik, yaitu Surga yang kenikmatannya tidak pernah terlihat mata, terdengar oleh telinga, dan bahkan tidak pernah terbetik sedikit pun dalam hati manusia. Termasuk ke dalam menjauhi dosa adalah mengerjakan kewajiban yang jika ditinggalkan pelakunya dianggap mengerjakan dosa besar. Seperti shalat lima waktu, shalat Jum’at, dan puasa Ramadhan.
Dalam kitab Tafsir al-Muyassar dikatakan dalam menafsirkan ayat tersebut, “Jika kalian wahai orang-orang yang beriman menjauhid dosa-dosa besar seperti syirik, durhaka kepada orang tua, membunuh jiwa tanpa hak, dan lain-lain. Maka, Kami akan mengampuni dosa-dosa kecil kalian, dan memasukan kalian ke dalam tempat kembali yang mulia, yaitu Surga.”
Balasan Allah Ta’ala kepada hamba-hamba yang menjauhi dosa besar berupa mengampuni dosa-dosa kecil juga dipertegas pada firman-Nya yang lain, yaitu:
الَّذِينَ يَجْتَنِبُونَ كَبَائِرَ الْإِثْمِ وَالْفَوَاحِشَ إِلَّا اللَّمَمَ إِنَّ رَبَّكَ وَاسِعُ الْمَغْفِرَةِ
“Orang-orang yang menjauhi dosa-dosa besar dan perbuatan keji yang selain dari kesalahan-kesalahan kecil. Sesungguhnya Tuhan kalian Maha Luas ampunan-Nya.” (QS. an-Najm [53]: 32)
Di dalam ayat ini, dipertegas bahwa dosa-dosa kecil hamba yang beriman diampuni oleh Allah Ta’ala disebabkan mereka menjauhi dosa besar.
Tentunya dosa-dosa kecil ini tidak dilakukan secara terus menerus karena laa shaghiirata ma’al istimraar, yaitu tidak ada dosa kecil jika dilakukan terus menerus. Tetapi, dosa kecil yang dilakukan sesekali atau jarang-jarang dan sedikit. Adapun dosa kecil bisa menjadi besar apabila dilakukan terus-menerus, meremehkannya, bangga dalam mengerjakannya, ataupun terang-terangan melakukannya.
Dosa-dosa kecil seperti ini tidak mengeluarkan seseorang dari golongan orang-orang yang berbuat baik. Karena dosa-dosa kecil ini bersamaan dengan mengerjakan kewajiban dan menjauhi larangan berada di bawah ampunan Allah yang meliputi segala sesuatu.
Hal ini pun dipertagas oleh hadits shahih bahwa amal ibadah wajib yang dikerjakan menjadi sebab dihapusnya dosa-dosa kecil seorang hamba jika ia menjauhi dosa besar.
عَنْ أَبِى هُرَيْرَةَ أَنَّ رَسُولَ اللَّهِ -صلى الله عليه وسلم- كَانَ يَقُولُ « الصَّلَوَاتُ الْخَمْسُ وَالْجُمُعَةُ إِلَى الْجُمُعَةِ وَرَمَضَانُ إِلَى رَمَضَانَ مُكَفِّرَاتٌ مَا بَيْنَهُنَّ إِذَا اجْتَنَبَ الْكَبَائِرَ ».
Abu Hurairah meriwayatkan hadits bahwa Rasullah bersabda, “Shalat yang lima waktu, shalat Jum’at yang satu ke shalat Jum’at berikutnya, dan puasa Ramadhan yang satu ke puasa Ramadhan yang selanjutnya, menghapuskan dosa-dosa yang ada di antara keduanya apabila ia menjauhi dosa-dosa besar.” (HR. Muslim)
Dai dalil-dalil al-Qur’an dan hadits shahih yang diiringi dengan penjelasan para ulama tersebut. Dapat ditarik kesimpulan bahwa dosa-dosa besar selain kesyirikan dengan beragam bentuknya tidaklah menyebabkan pelakunya keluar dari Islam. Ini merupakan pandangan Ahlussunnah wal Jama’ah dan ini merupakan pandangan yang benar.
Pandangan tersebut sesuai dengan prinsip Islam yang mengatakan bahwa selama seorang hamba bertauhid kepada Allah dan tidak mati dalam kondisi berbuat syirik maka ia aakan masuk surga.
Imam al-Nawawi menjelaskan dalam kitab Syarh Shahih Muslim, “Ketahuilah bahwa pandangan mazhab Ahlussunnah dan pandangan para ulama yang benar pendapatnya dari kalangan ulama salaf dan khalaf bahwa barangsiapa yang mati dalam keadaan bertauhid maka dia pasti masuk surga bagaimanapun kondisinya.”
Imam Ismail bin Abdurrahman al-Shabuni menjelaskan dalam kitab Aqidah al-Salaf wa Ashab al-Hadits, “Sesungguhnya keselamatan di akhirat tidak dapat diraih kecuali dengan akidah yang benar. Kabar gembira bagi orang-orang yang mentauhidkan Allah di dunia ini adalah dimasukannya ke dalam surga bagi orang yang benar-benar menerapkan tauhid – akidah yang benar – bagaimanapun kondisi amalnya serta tidak kekalnya di dalam neraka bagi orang yang menerapkan tauhid, yaitu berakidah shahihah sekalipun dia dari pelaku dosa besar.”
Syekh Abdul Aziz bin Abdullah bin Baz berkata, “Tauhid adalah kebaikan yang terbesar dan kewajiban yang teragung, yaitu amal yang paling besar dan tauhid ini bisa menghapus dosa-dosa, dan tauhid adalah inti sebuah amal perbuatan, bahkan yang terpenting dan paling wajib.”
Di antara dalil yang menguatkan masalah ini selain dalil yang telah disebutkan adalah hadits shahih:
عَنْ جَابِرٍ قَالَ أَتَى النَّبِىَّ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ رَجُلٌ فَقَالَ: يَا رَسُولَ اللَّهِ مَا الْمُوجِبَتَانِ؟ فَقَالَ: « مَنْ مَاتَ لاَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ الْجَنَّةَ وَمَنْ مَاتَ يُشْرِكُ بِاللَّهِ شَيْئًا دَخَلَ النَّارَ ».
Jabir bin Abdullah berkata, “Seseorang datang kepada Nabi dan berkata, ‘Wahai Rasulallah apa dua hal yang diwajibkan?’ beliau bersabda, “Barangsiapa meninggal dunia dan dia tidak berbuat syirik kepada Allah Ta’ala dengan sesuatu apapun maka dia masuk surga. Sedangkan barangsiapa yang meninggal dunia dan dia berbuat syirik kepada Allah dengan sesuatu apapun maka dia masuk neraka.” (HR, Muslim)
Saudaraku….
Lihatlah secara seksama apa yang sedang terjadi disekitar kita.
Kedzoliman, kemaksiatan, dosa yang dianggap biasa, haram jadi halal, yang halal diharamkan.sunah dianggap bidah, bidah diangaap sunah. Yang salah jadi benar yang benar disalah-salahkan.
Inilah gelombang keterpurukan ruhani yang terus bergulir ditengah-tengah kita bak air bah yang tak bisa dibendung lagi. Oleh karena itu………
Sudah saat nya kita bergerak…..
Sudah waktunya kita bekerja…
Sudah saatnya kita berdakwah…
Mari bergabung bersama radio Fajri Bandung dalam Mega proyek dakwah melalui udara dengan cara mentransferkan sebagian harta Anda kepada kami melalui BANK MUAMALAT no rekening 146-000-1648 a / n PT RADIO SWARA CAKRAWALA SANGKURIANG